Posted by : Unknown Tuesday 12 May 2015



            “Beraninya Korawa mengirimkan pasukannya untuk menyerang perkemahan kita pada malam hari.” Kata Brajalamadan sambil menunggu pasukan Korawa datang. Diapun tak berhenti memperhatikan sekitar sambil menyiapkan senjatanya agar siap jika
pasukan Korawa tiba tiba datang menyerang.
“Seharusnya kita melaporkan kecurangan ini kepada Tuan Kresna agar mereka para Korawa mendapatkan hukuman akibat melanggar perjanjian perang ini.” Kata saudaranya, Brajawikalpa yang ikut memantau disampingnya. Mendengar keluhan kedua pamannya itu, Gatotkaca pun turun dari langit tempat dia memantau pergerakan pasukan Korawa yang ingin menyerang perkemahan Pandawa.
“Tenanglah wahai paman pamanku. Biarkan saja mereka curang. Suatu hari nanti mereka pasti akan mendapatkan balasan akibat kecurangan mereka. Ingatlah bahwa para Dewa pasti juga ikut menyaksikan peperangan ini.” Kata Gatotkaca kepada 2 pamannya itu.
“Tapi mengapa mereka berani sekali menyerang kita sampai melanggar perarturan seperti ini ?” Tanya Brajawikalpa dengan raut wajah yang heran.
“Mungkin ini balasan dari Duryodana atas kematian Jayadrata tadi siang oleh Tuan Arjuna. Tahu sendiri kalau Jaydrata itu adalah adik ipar Duryodana.” Jelas Brajalamadan. Tiba tiba salah seorang prajurit Pandawa mendatangi mereka dengan tergesah.
“Gawat Tuan Gatotkaca. Pasukan Korawa sudah mulai mendekat tapi kami tidak bisa mengetahui mereka datang dari arah mana karena terlalu gelap.” Lapor prajurit tersebut. Mendengar hal itu Gatotkaca menyuruh prajurit tadi kembali ke tempatnya dan mengabarkan kepada seluruh pasukan lain yang sedang berjaga untuk bersiap akan kedatangan Korawa. Setelah prajurit itu pergi dan melaksanakan tugasnya, Gatotkaca pun terbang kembali ke langit dan mencoba menggunakan kekuatannya.
“Wahai Kutang Antrakusuma yang sakti. Bersinarlah seterang cahaya Surya !!” Setelah Gatotkaca mengucapkan kata tersebut, Baju’nya langsung mengeluarkan cahaya yang sangat terang yang dapat menerangi seluruh area disekitar perkemahan Pandawa terang benerang. Dan berkat cahaya itu juga, Pasukan Korawa yang bersembunyi dalam gelapnya malam langsung terlihat oleh para pasukan Pandawa dan merasa pusing karena silau melihat cahaya dari Gatotkaca.
“Itu mereka pasukan Korawa. Pandawa... Serang !!!” Pasukan Pandawa pun langsung melancarkan serangan mereka ke pasukan Korawa termasuk kedua paman Gatotkaca tadi. Peperangan pun langsung terjadi dan kedua pihak bertarung dengan sangat sengit. Melihat pertempuran yang sedang terjadi dibawahnya, Gatotkaca pun kembali terbang kebawah untuk ikut berperang membantu pasukan Pandawa. Dalam sekejap, banyak pasukan Korawa yang kalah oleh tinju dan serangan Gatotkaca. Sementara Gatotkaca sedang menghabisi banyak pasukan Korawa, kedua pamannya Brajalamadan dan Brajawikalpa ternyata sedang terpojok oleh pasukan pasukan Korawa lainnya. Sesaat setelah terpojok mereka berdua pun gugur dibunuh oleh pasukan Korawa. Melihat gugurnya kedua pamannya, Gatotkaca pun berusaha membalaskan dendamnya dengan mengejar sang pembunuh kedua pamannya tersebut. Tapi sayang Karna menghalangi Gatotkaca dan menantangnya untuk bertarung.
“Gatotkaca, akulah lawanmu. Hormati peraturan perang ini dan lawan aku satu lawan satu.” Kata Karna kepada Gatotkaca.
“Kau orang Korawa benar benar tidak tahu diri. Kau masih berani mengatakan tentang kehormatan setelah kau sendiri melanggar peraturan. Tapi baiklah, akan ku terima tantanganmu karena aku bukan orang seperti kau yang suka melecehkan dan melanggar peraturan.” Mendengar kata kata Gatotkaca, Karna pun terdiam dan tidak berani berkata kata lagi. Setelah percakapan singkat itu akhirnya mereka berdua pun bertarung. Karna dan Gatotkaca mengerahkan seluruh kekuatan mereka dalam pertarungan tersebut. Karena Gatotkaca merasa kekuatan yang dia keluarkan masih belum cukup untuk menghabisi Karna maka diapun menggandakan dirinya sebanyak seribu orang. Karna pun mulai kewalahan menghadapi jumlah Gatotkaca yang begitu banyak dan sama kuatnya. Akhirnya dia pun terpaksa menggunakan senjata andalannya yaitu Kontawijaya. Diapun membidik senjata itu dengan sangat hati hati kearah Gatotkaca yang jumlahnya banyak untuk menemukan Gatotkaca yang asli. Setelah cukup lama menunggu dan bersabar, akhirnya Karna pun mengetahui Gatotkaca yang asli dan langsung melemparkan Kontawijaya sekuat tenaga.
“Terbanglah, Panah Indrastra Kontawijaya !!” Panah itupun langsung melesat secepat kilat kearah Gatotkaca. Melihat panah itu melesat kearahnya, Gatotkaca pun mencoba untuk menghindari panah tersebut dengan terbang keatas langit. Setelah terbang cukup tinggi dia tidak melihat panah itu lagi tapi tiba tiba muncullah arwah pamannya Kalabendana yang memegang panah Kontawijaya tersebut ditangannya.
“Paman Kalabendana ? Apa yang paman lakukan disini ? Bukankah paman telah tiada ?” kata Gatotkaca ke arwah pamannya.
“Keponakanku Gatotkaca. Aku kesini untuk membawakanmu sebuah kabar. Kahyangan telah menetapkan bahwa malam ini adalah waktu ajalmu.” Ucap pamannya.
“Tapi aku harus memenangkan Pandawa atas peperangan ini paman. Tugasku masih belum selesai didunia ini.”
“Ini adalah kehendak Dewa. Kau tidak bisa menghindar darinya Tetuka.” Tegas sang Paman kepada Gatotkaca. Gatotkaca pun terlihat pasrah dan sedih. Tapi tak lama, diapun langsung meneguhkan hatinya dan bersiap untuk menerima ajalnya.
“Baiklah paman. Jika itu memang takdirku maka akan kuterima. Tapi kumohon satu permintaan.” Kata Gatotkaca dengan raut muka serius.
“Apa itu Tetuka ?” tanya Kalabendana
“Aku ingin kematianku ini menguntungkan bagi Pandawa dan merugikan pihak Korawa.” Jawab Gatotkaca.
“Baiklah Tetuka. Akan kukabulkan permintaanmu. Semoga pilihanmu yang bijak itu dapat memberikan keuntungan untuk Pandawa.” Arwah Kalabendana pun langsung menyiapkan Panah Kontawijaya dan menusukkannya kebadan Gatotkaca. Ketika Panah itu menancap ke tubuhnya, seorang pemuda yang sedang tidur langsung tersentak kaget dan bangun dari tidurnya. Diapun langsung duduk diatas kasurnya dan memegangi perut yang dia rasakan tertancap panah tadi. Setelah kesadarannya mulai datang diapun langsung menyadari kalau yang dia alami tadi semua hanyalah mimpi belaka.

“Mimpi itu datang lagi. Tapi sekarang lebih lama dan jelas dari sebelum sebelumnya.” Gumamnya sambil masih memegangi kepalanya karena merasa sedikit pusing. Diapun mulai khawatir tentang apa dan maksud dari mimpi yang terus menerus dialaminya semenjak dia pindah ke Yogyakarta dan tinggal ditempat kos. Dia berharap agar mimpi ini tidak membawa efek buruk terhadap belajar dan kehidupan sehari hari untuk kedepannya karena dia hanya ingin hidup tenang dan damai tanpa gangguan sedikitpun. Tapi tetap walau begitu dia hanyalah manusia biasa yang pengetahuannya tidak lebih dari sebuah kuaci jika dibandingkan dengan seluruh pengetahuan yang ada di alam semesta yang dia tinggali. Hanya waktu dimasa depan yang akan menjawab semua kekhawatiran dan mimpi yang dia alami saat ini.

Bersambung.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perlu diingat semua cerita yang ada di blog ini adalah karangan dan fantasi sang penulis semata jadi mohon untuk tidak dianggap terlalu serius dan tidak dipraktekkan dirumah.
Mohon maaf jika ada kesamaan nama, latar tempat, waktu dan kejadian karena itu hanya kebetulan semata.
Jangan lupa untuk selalu membaca cerita karangan saya yang lain di blog ini juga dan pantau terus perkembangannya melalui fanpage facebook asli blog ini di ImbalanceSaga 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Imbalance - Shiroi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan - Redesigned by Beldek Putro -