Posted by : Unknown
Wednesday 31 December 2014
“Kita sampai” ucap miss Elen. Kami pun
masuk ke ruang UKS. “Pagi dokter Riana.” Sapanya kepada seorang dokter wanita
yang sedang duduk di meja kerjanya.
“Oh, hai madam elen. Ada apa datang
sepagi ini ?” balas dokter itu.
“Ini sudah cukup siang, percuma kau memakai
jam tangan kalau lupa waktu seperti ini. Dan untuk kesekian kalinya sudah
berapa kali kubilang jangan panggil aku madam.” Geram miss Elen.
“Hehehe maafkan aku. Aku senang saja
menggoda dirimu. Dan...” dia melirikku yang berdiri di belakang miss Elen. “Hei
pirang. Sudah lama tak bertemu, kau datang kemari dengan miss Elen ? Ada apa ?
kau sakit ?” tanyanya kepadaku.
“T-tidak, miss elen yang mengajakku
kesini.” Jawabku
“Miss Elen mengajakmu ?? Haaah... Jangan
jangan kau ingin meminjam ruangan ini untuk melakukan hal ini itu dengan murid
baru ? Kau benar benar elen. Aku tahu kau masih single tapi bukan hal yang
tepat melampiaskannya kepada anak remaja sepertinya.” Ucapnya dengan
menggelengkan kepala.
Miss Elen pun menjitak kepalanya dengan
cukup keras. “Aku rasa kau sudah cukup keterlaluan menggodaku.” Dengan nada
geram. “D-dan lagipula aku kan juga malu jika muridku tahu bahwa aku masih
single sekarang.” Ucap miss Elen dengan nada malu dan wajah tersipu. Entah
mengapa tiba tiba miss Elen menunjukkan wajah yang cukup manis. “Hei ! Lihat
Elen ! Wajah muridmu memerah melihat dirimu malu. Hahahaha” kata dokter itu
dengan tawa yang sangat geli.
Tunggu.... Wajahku memerah ???!!!!
Akupun merasa dilihat dengan tatapan tajam, dan benar. Miss Elen melihatku
dengan wajah marah.
“Hahahaha baiklah baiklah aku sudah
cukup pegal tertawa. Jadi ada apa kalian kemari ?” tanya dokter Riana dengan
sambil berhenti tertawa.
“Kau yang mengurus tes kesehatan ketika
pendaftaran murid baru setiap tahun kan ?” tanya miss Elen dengan serius.
“Kau benar sekali. Ah aku tahu kenapa
kau tanyakan hal itu dan membawa si pirang.” Diapun membuka laci mejanya dan
mengambil sebuah map. “Ini adalah semua berkas pendaftaran dan tes dia ketika
menjalani pendaftaran.” Diapun memberikannya ke miss Elen.
“Ini aneh. Semua hasil menyatakan kau
positif tapi kenapa kekuatanmu tidak ada ?” tanyanya kepadaku.
“Maaf miss. 5 tahun ini aku juga berusaha
mencari tahu apa kelebihan, kekuatan ataupun keanehan yang kumiliki ini.”
Jawabku
“Aku sudah melaporkan hal ini kepada
kepala sekolah dan dia bilang dia yang akan mengurusnya.” Kata dokter Riana.
“Jika kau ingin bertanya mungkin kau harus bertanya kepada dia karena aku sudah
tidak bertanggung jawab tentang hal ini lagi.” lanjutnya
“Baiklah kalo begitu.” Kata Miss Elen.
“Terima kasih dokter kalo begitu. Ayo Crayl kita balik ke kelas.” Ajaknya.
“Oke miss Elen. Hati hati nak, kau
mungkin akan diserang olehnya di tengah jalan menuju kelas hahaha.” Canda
dokter Riana
Miss Elen pun meninggalkan ruangan
dengan wajah geram. Aku baru tahu jika dia sangat sensitif tentang kehidupan
cintanya.
_________________________________________________________________________________
“Huft....
Indonesia membosankan. Tahu begini aku tidak akan menerima tawaran untuk
menjadi murid pindahan ke sini.” keluhku
“Aku pikir disini tidak terlalu buruk
Mina. Masyarakat disini ramah dan murah senyum.” Kata sherly yang
menghampiriku. “Bolehkah aku duduk disampingmu ?” tanyanya.
“Silahkan. Aku tidak keberatan, aku
cukup senang kau mau pindah kesampingku jadi aku ada teman mengobrol.” Senyumku
kepadanya
“Wuaaah terima kasih Mina !” senangnya
sambil memelukku.
“Perempuan mudah sekali ya akrabnya.”
Sahut salah seorang anak laki laki dibelakangku.
“Bilang saja kau ingin dipeluk oleh
mereka berdua.” Sahut salah satunya.
“Hahaha bisa saja kau ini Yusuf.” Sambil
menepuk nepuk kepala Yusuf.
“Hei ! hati hati dengan tanganmu.”
Menepis tangan Agung.
“Ah aku lupa. Yusuf, Agung. Mohon
bantuannya untuk sekarang dan selanjutnya selama kita sekelas.” Kata Sherly
sambil tersenyum dengan sedikit malu.
“Oke Sherly !” jawab Agung dengan
memberikan jempol.
“Baiklah” jawab Yusuf dengan gaya
sombongnya.
Seseorangpun masuk dan sepertinya itu
murid laki laki yang satunya.
“Hei Carl ! Sini pindahkan tempat
dudukmu samping aku dan Yusuf.” Sapa Agung.
“Namaku Crayl bukan Carl.” Balasnya.
“Lebih baik kita duduk di barisan paling depan saja semua selagi kosong.”
Diapun memindahkan tasnya ke meja sampingku.
“Hei !” Akupun berdiri dan menghadangnya.
“Ada apa ?” herannya.
“Aku tidak ingin laki laki duduk
disamping mejaku. Duduk dimeja sebelahnya lagi.” Suruhku.
“Haah ??!! Baiklah kalo begitu.
Merepotkan saja.” Diapun pindah ke meja sebelahnya. Agung dan Yusuf pun
mengikuti pindah ke seberangnya. Aku hanya tidak ingin saja seorang laki laki
yang baru ku kenal duduk didekatku.
“Kau tidak seharusnya terlalu kasar
kepada mereka Mina.” Kata Sherly.
“Biarkan saja. Kita kan perempuan
sedangkan mereka laki laki jadi memang seharusnya kita saling menjaga jarak.”
Jawabku.
“K-kau benar juga.” Ucapnya.
Tiba tiba bel masuk kelas pun berbunyi.
“Hei Crayon.” Sapaku kepada laki laki pirang tersebut.
“Namaku Crayl. C R A Y L.” Balasnya dengan nada agak jengkel.
“Terserah saja. Di mana Miss Elen ?
bukannya kau bersama dengannya ?” tanyaku
“Dia akan masuk kelas terlambat. Ada
yang harus dia urus terlebih dahulu di ruang kepala sekolah.” Jawabnya
“Baiklah. Semoga tidak terlalu lama.”
Keluhku. Semoga saja ini semua cepat berakhir agar aku bisa pulang.
_________________________________________________________________________________
“Aku
harus mencoba menanyakannya kepada pak kepala. Aku tidak ingin mengajari murid
yang kurang jelas seperti itu.” Pikirku sepanjang lorong menuju ruang kepala
sekolah. “Permisi pak, maaf mengganggu.” Kataku ketika memasuki ruangan.
“Silahkan masuk. Ah, Miss Elen. Ada apa
?” tanyanya kepadaku. Dia sepertinya sedang mengerjakan suatu tugas dimejanya.
“Saya ingin bertanya tentang murid baru
di kelas imbalance bernama Crayl Lundqvist pak, tentang hasil tes’nya yang
menunjukkan bahwa dia seorang imbalance tapi tidak memiliki kekuatan. Apa
maksudnya ini ? Apa ada hal yang seperti ini ?” Akupun langsung melontarkan
semua pertanyaan kepada pak kepala sekolah.
“Seperti biasa Elen. Kau selalu
semua’nya sekaligus. Baiklah akan kujawab.” Diapun berdiri dari kursinya dan berjalan
menuju arahku. “Aku sudah melakukan tes kembali pada setiap sampel yang
diberikan dokter Riana. Urine, Darah, Air Liur, Rambut, semuanya di
laboratorium pusat di Washington. Dan semuanya menyatakan positif. Pusat
awalnya berpendapat bahwa ini terjadi dikarenakan pikiran dan mental Crayl
menolak bahwa adanya kekuatan didalam dirinya. Namun itu terbantah karena
banyak pengidap imbalance walaupun dia menolak dan juga tidak percaya akan apa
yang terjadi terhadap dirinya tetap bisa mengeluarkan kekuatannya. Dan tidak
sedikit terjadi kekuatannya kehilangan kontrol dan membunuh penggunanya
sendiri. Akhirnya pusat memutuskan bahwa kasus Crayl Lundqvist kali ini adalah
kasus unik dan perlu penelitian serta pengawasan lebih lanjut tapi dengan
secara rahasia agar kita tahu keadaan normal dari dirinya untuk menghindari
kejadian yang tidak diinginkan.” Pak Kepala pun berjalan kearahku.
“Jadi miss Elen, Ini adalah tugas
tambahanmu yang diberikan organisasi pusat melaluiku. Awasi dan Laporkan segala
perkembangan Crayl hingga kita bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada
dirinya dan penyebab kekuatannya tertahan. Mengerti Miss Elen ?” tanya pak
kepala sekolah kepadaku
“Baiklah pak kepala sekolah Andro. Saya
akan menjalankannya dengan baik.” Jawabku dengan sanggup.
“Baguslah. Aku senang mendengarnya.” Bel
tanda istirahat selesai pun berbunyi. “Sepertinya waktu istirahat sudah
selesai. Kau masih ada jam mengajar bukan ? Aku juga masih banyak tugas untuk
dikerjakan. Mengapa pusat selalu memberikanku tugas yang banyak dan berat.”
Keluhnya
“Baiklah pak. Saya pergi dulu. Terima
kasih.” Aku pun berjalan menuju pintu keluar.
“Oh iya pak. Boleh saya bertanya sesuatu
?” tanyaku ketika ingin membuka pintu.
“Apa itu Elen ?”
“Apa mungkin, Crayl Lundqvist sama
dengan Agen 0 (Zero) ?” tanyaku dengan rasa cemas.
“Kita lihat saja perkembangan kedepannya
Elen. Yang terpenting sekarang hanya mengawasinya. Langkah selanjutnya biar aku
yang akan tangani. Kau jangan khawatir.” Jawabnya dengan senyum
“Baik pak, sekali lagi terima kasih atas
waktu dan kesempatannya. Saya pergi dulu.” Dan akupun pergi menuju ruang kelas
untuk mulai mengajar.
To Be Continued